![]() Tampilkan Gambar Lebih Besar |
Maysuri |
|
Harga:
Rp 59.000,00
|
||
Klik disini jika ada yg ingin ditanyakan | ||
DATA BUKU Judul: Maysuri Penulis: Nadjib Kartapati Z. Editor: M. Iqbal Dawami Penyelia: Fajar Kurnianto Proofreader: Yusni Amru Ghazali Desain sampul: Ujang Prayana Tata letak: Priyanto Genre: Novel Penerbit: Alvabet Cetakan: I, Maret 2016 Ukuran: 13 cm x 20 cm Tebal: 316 halaman ISBN: 978-602-9193-81-7
SINOPSIS
Menjadi anak seorang pelacur merupakan aib besar yang memalukan. Harga diri seakan hancur, menjadi bahan bully dan cemoohan, dan semua orang bisa menjauh. Padahal, dosa orangtua tak bertemurun kepada anaknya, apalagi jika sang anak lahir bukan dari hasil melacur.
Inilah kisah Maysuri, perempuan religius beribu pelacur. Sejak usia tujuh bulan, ia hanya diasuh ayahnya, seorang guru bergaji pas-pasan yang menikah lagi di kemudian hari. Sang ayah mengusir ibunya, lantaran sang ibu menjadi pelacur—demi tuntutan ekonomi. Setelah Maysuri dewasa, sebuah pertemuan tak terduga dengan ibu kandungnya menguak masa lalu keluarga yang selama ini ia tak ketahui. Tetapi, Maysuri tak marah pada ibunya. Sebaliknya, dengan penuh ketaatan dan kecintaan, ia gigih “mengangkat” ibu kangdungnya dari dunia hitam.
Novel ini menyuguhkan banyak cerita memukau: tentang keretakan dan konflik keluarga, keberbaktian seorang anak, kekukuhan memegang prinsip; ihwal cinta dan kesetiaan, religiusitas, dan titik balik kehidupan. Dengan plot mengalir dan enak dibaca yang sarat pesan moral dan inspirasi, Nadjib membawa kita masuk ke dalam cerita yang sangat dekat dengan kehidupan nyata.
***
“Pada hakikatnya, Nadjib Kartapati bukanlah mengarang novel. Ia tidak menciptakan karya sastra: ia menyedekahkan sebagian kecil dari keindahan hidupnya kepada kita. Tidak ada ‘tokoh’ Nadjib dalam karyanya, karena sudah penuh oleh jiwanya.”
—Emha Ainun Nadjib, Penyair dan Budayawan
“Kekuatan fiksi Nadjib Kartapati terletak pada pelukisan tokoh, suasana batin, dan gaya bahasanya yang lembut. Tokoh dihadirkan apa adanya, bukan hitam-putih. Konflik dijalin tanpa dibuat-buat. Lembut dalam pilihan kata-katanya. Dan itu semua dibuktikan dalam novel ini dan karya-karyanya yang lain.”
—Prof. Dr. Setya Yuwana Sudikan, MA, Guru Besar dan Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya
“Nadjib Kartapati adalah sastrawan realis sekaligus penulis serba bisa. Ia piawai mempermainkan perasaan, sehingga tak jarang membuat pembaca menitikkan air mata. Ending-nya seringkali mengejutkan, dan dalam membuat plot pun ia begitu kuat sehingga mampu menghanyutkan emosi pembaca.”
—Korrie Layun Rampan, Sastrawan (1953-2015)
“Sebagai pemain film, saya senang banget karena pernah memerankan beberapa karakter dalam cerita karangan Nadjib Kartapati. Tulisannya selalu penuh makna. Dan setiap kali membaca karangannya, kita akan tahu… ini bukan drama tapi realita.”
—Denaya Bintang Azmi, Artis/Pemain Film
“Membaca novel ini, kita dibawa pada nasib dan renungan tokoh-tokohnya. Nadjib membuat seluruh tokoh adalah narator yang tampil dengan gaya ‘aku’. Sebuah novel yang dibangun dengan skill mumpuni. Kita serasa dihadapkan pada perenungan bahwa hidup ini penuh problem dan perjuangan. Mengalir, menghanyutkan, enak dibaca, itulah ciri pengarang ini.”
—Prof. Dr. Rustono, Ketua Dewan Kesenian Jawa Tengah, Dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
“Saya mulai sangat terpikat dengan tulisan Nadjib Kartapati waktu membaca novelnya yang berjudul Haji Bekasi (Hadi dan Zumala). Pertarungan hati para calon haji yang tertipu. Luar biasa! Sejak saat itu, saya selalu menyempatkan membaca cerpen ataupun novelnya.”
—Imam Tantowi, Penulis Skenario Film
“Saya suka tulisan Nadjib Kartapati karena orisinal, lokal, tak tercium aroma plagiat, adopsi, atau bentuk pencurian lainnya. Tulisannya selalu menunjukkan kekritisan pada masalah-masalah sosial. Sangat aspiratif pada kepentingan rakyat kecil.”
—Dedi Setiadi, Sutradara Film Layar Lebar dan FTV
“Tulisan Nadjib Kartapati bukanlah sekadar rangkaian kata-kata, tapi memiliki kedalaman makna, dan karena itu menjadi bermanfaat. Dalam karya-karyanya, pengarang ini selalu menyajikan realitas kehidupan dengan dimensi sosial, moral, dan agama.”
—Zairin Zain, Produser Film
Penulis
Nadjib Kartapati Z.Sastrawan dan penulis skenario film. Lahir di Pati, 21 Agustus 1954. Mulai menulis tahun 1978. Sejak tahun 1983 hingga sekarang tinggal di Jakarta. Tulisannya tersebar di 57 media cetak (koran/majalah), pusat maupun daerah. Tahun 1983 menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Remaja Srikandi. Tahun 1984 menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Kriminalitas & Pencegahan. Tahun 1985 menjadi Redaktur Majalah Remaja Monalisa. Tahun 1986 menjadi Redaktur Majalah Sarinah, hingga majalah tersebut tutup usia pada tahun 1995, dengan jabatan terakhir Redaktur Senior. Pernah ikut mendirikan Masyarakat Sastra Jakarta. Sudah menulis sedikitnya 350 cerpen. Cerita pendek, novelet, dan novel karyanya pernah memenangkan sayembara.
Pada 1997 mencoba merambah dunia penulisan skenario. Pada 1998 menyabet Piala Vidia sebagai Penulis Skenario Terbaik Kategori Drama Lepas pada Festival Sinetron Indonesia (FSI) melalui karyanya, Dalam Bayangan Ibu. Juga meraih penghargaan sebagai Penulis Skenario FTV Terpuji dalam Festival Film Bandung (FFB) tahun 2015 melalui karyanya, Bu Een Guru Qolbu. Sekarang aktif menulis cerita/skenario Sinema wajah Indonesia. Juga menjadi penyunting/editor untuk sejumlah buku kumpulan cerpen, kisah nyata, dan biografi.
Karya-karyanya yang sudah diterbitkan antara lain: Orang-orang Kalah, Kumpulan Cerpen (Balai Pustaka, Jakarta), Pengibulan Massal, Kumpulan Cerpen (Balai Pustaka, Jakarta), Hadi dan Zumala (Haji Bekasi), Novel (Balai Pustaka, Jakarta), Sang Pengabdi, Kumpulan Cerpen (Progres, Jakarta), Memburu Matahari, Novel (Progres, Jakarta), Menepis Impian, Kumpulan Cerpen (Progres, Jakarta), Debu-debu Cinta, Novel (Progres, Jakarta), Kabut Hati Suami, Kumpulan Novelet (Progres, Jakarta), Surat Pamungkas, Kumpulan Cerpen (Progres, Jakarta), Dalam Bayangan Ibu, Kumpulan Cerpen (Yayasan Barzakh Foundation, Jakarta), Ke Sorga Naik Sepeda, Kumpulan Cerpen (Citra Almamater, Semarang), Perempuan Dilarang Baca, Kumpulan Esai Naratif (DokPri, Jakarta), dan Geger Wisanggeni, Cerita wayang (DokPri, Jakarta). |
||
|
||
You are here