Tampilkan Gambar Lebih Besar |
Samurai: Jalan Kehormatan Sang Pejuang Terakhir |
|
Harga:
Rp 62.500,00
|
||
Klik disini jika ada yg ingin ditanyakan | ||
DATA BUKU Judul: Samurai: Jalan Kehormatan Sang Pejuang TerakhirPenulis: John ManPenerjemah: Ratih RamelanEditor: Wiyanto SuudPenyelia: Chaerul ArifTata letak isi: PriyantoDesain Cover: Ujang PrayanaGenre: SejarahCetakan: I, Juli 2013Ukuran: 13 x 20 cmTebal: 408 halamanISBN: 978-602-9193-33-6SINOPSIS
Saigo Takamori adalah pemimpin Samurai terakhir. Kematiannya mengakhiri ratusan tahun tradisi Samurai sekaligus menandai kelahiran Jepang modern. Dia adalah sosok yang terjebak dalam paradoks: abdi yang setia kepada kaisar, namun juga pemimpin pemberontak; pejuang yang gagah perkasa, tetapi juga ahli puisi China. * * * Samurai identik dengan prajurit utama. Dengan baju besi yang rumit, pedang tajam, dan prinsip kehormatan yang ketat, sosok Samurai menjadi ikon yang pengaruhnya masih terasa hingga saat ini. Ketenarannya mengilhami banyak film, novel, komik, video game, bahkan perkumpulan seni. Dalam buku ini, melalui kisah Saigo Takamori—sang Samurai terakhir—John Man mengungkapkan cerita yang sebenar-benarnya, bukan legenda belaka, tentang Samurai. Dari kelahirannya di bawah bayangan gunung berapi Sakurajima hingga kematiannya yang mulia dengan ritual bunuh diri seppuku, buku ini bagai layar sejarah yang menampilkan budaya, tradisi, dan norma-norma luhur Samurai. Dikemas dalam bingkai cerita nyata dan dirajut dengan gaya bertutur novel, inilah epos mengagumkan tentang Samurai terakhir, tokoh yang menjadi pendorong revolusi Jepang dan pada saat yang sama menjadi korbannya. * * * “John Man mengunjungi tempat-tempat penting dalam kehidupan para tokohnya, sehingga ia demikian mahir menggambarkan mereka. Dengan gaya penceritaan yang gamblang, ia babat habis belantara politik Jepang abad ke-19.” —Christopher Silvester “Bacaan penting! Kapan pun saya ingin terus membacanya. Deskripsi memikat ihwal Kagoshima dan pulau-pulau Okinawa membuat saya ingin mengunjungi tempat-tempat itu.” —Amazon.com “Kematiannya bukanlah akhir cerita, karena mitos tentang dirinya jauh lebih kuat daripada kemenangan pemerintah terhadap pemberontak. Meski ia memberontak, menelan ribuan nyawa dan membuat hampir bangkrut kas negara untuk menumpasnya, dalam beberapa tahun ia justru diberi pengampunan anumerta, pangkat militernya dipulihkan, dan statusnya sebagai ‘harta nasional’ dikonfirmasi secara terhormat dalam buku pelajaran sekolah.” —Express daily
TENTANG PENULIS John Man adalah sejarawan Inggris dengan minat khusus pada Mongolia dan China. Setamat studi mengenai Jerman dan Prancis di Keble College, Oxford, ia mengambil dua program sekolah pascasarjana: kajian sejarah sains di Oxford dan studi bangsa Mongol pada School of Oriental and African Studies di London. Ia pernah bekerja di penerbit Time-Life Books serta menjadi jurnalis Reuters, sebelum kemudian beralih menulis untuk film, televisi, dan radio. Selama karier kepenulisannya, John Man telah mengarang belasan buku. Alpha Beta dan The Gutenberg Revolution adalah dua karyanya mengenai revolusi dunia tulis-menulis. Ia juga menulis trilogi tentang pemimpin legendaris Asia dalam lanskap sejarah kekaisaran kuno: Jenghis Khan, Kublai Khan, dan Attila. Sementara The Great Wall, buku tentang situs keajaiban dunia di China, dan Terracotta Army, kisah ihwal situs arkeologis tentara penjaga makam keramat Kaisar Pertama China, semakin meneguhkan kapasitasnya sebagai sejarawan ulung. Berkat karya-karya itu, John Man dengan cepat menjadi sejarawan dunia yang tulisannya paling banyak dibaca. Dan pada 2007, ia dianugerahi Mongolia's Friendship Medal berkat kontribusinya terhadap hubungan Mongolia-Inggris.
// // // // // |
||
|
||
You are here