Zaman Now Edan, Perlu Teladan

Resensi Buku Samudra Keteladanan Muhammad Karya Nurul H. Maarif

Kedaulatan Rakyat | Minggu, 01 April 2018 | Fatoni Prabowo Habibi

 

Pujangga Keraton Surakarta, Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873 M) pernah bilang, zaman ini adalah zaman edan. Yang tidak ikutan edan, tidak akan kebagian. Aturan mana yang baik dan mana yang buruk, sudah tidak jelas, atau setidaknya telah samar garis demarkasinya. Dalam hal mengais rezekipun umpamanya, orang tak peduli lagi mana yang jalan yang hakak dan mana jalan yang haram.

Benar belaka ungkapan yang menyatakan 1001 macam cara mencari makan. Para pemimpin, bukannya meneladankan kejujuran dan kesederhanan, melainkan malah mempertontonkan perilaku korupsi dan hedonisme di depan mata rakyatnya. Dalam hal sikap keberagamaanpun, para pemimpin juga banyak yang tidak layak menjadi panutan, melainkan lebih pantas menjadi referensi keburukan. Ringkasinya, tak salah jika dikatakan, hari ini kita miskin keteladanan.

Di zaman ini, keteladanan ibarat barang mewah yang mahal harganya, karena tidak banyak lagi yang memilikinya. Karena itu, jika kita hendak merunut ke belakang mencari sosok yang paling pantas dan paling layak dijadikan teladan dalam segala aspek kehidupan, maka tak ada alasan lain kecuali kita harus kembali ada sosok Muhammad Saw. yang tanpa cela. Keteladanan begitu melekat dalam dirinya. Sosok insan kamil (manusia sempurna) yang menampakkan karakter ilahiah tersirat jelas dalam tuturan kata dan tingkah polahnya. Muhammad Saw.-lah yang paling layak dijuluki teladan sepanjang masa dan khalifah ma’nawiyah (wakil Allah SWT di bumi dalam arti sesungguhnya), yang mencerminkan dualisme sikap positif sekaligus; sikap agung kemanusiaan dan sikap luhur ketuhanan. Itu sebabnya, al-Qur’an melabelinya dengan uswah hasanah (teladan kebaikan), selain Ibrahim a.s. (hlm. 131)

Banyak kisah keteladanan luhur yang dengan gamblang menunjukkan sifat keagungan Muhammad Saw. Misalnya, ketika Muhammad Saw. hijrah dari Mekkah menuju Yatsrib  (yang kemudian disebut Madinah). Kala itu, beliau bersama Abu Bakar ash-Shiddiq, dikawal sahaya Abu Bakar bernama Amr bin Fuhairah, dan Abdullah bin Uraiqit al-Laitsi, seorang pemuda pagan alias musyrik yang bertugas sebagai penunjuk jalan. Di tengah perjalanan, Muhammad Saw. hendak membeli makanan dan minuman. Lantas beliau mampir di sebuah kemah kepunyaan Ummu Ma’bad al-Khuzaiyyah. Sayangnya, saat itu tiada minuman dan makanan.

Muhammad Saw. lantas melihat seekor kambing betina di sekitar kemah. Muhammad Saw. pun kemudian memegang susu kambing tiada berair itu seraya berdoa: Ya Allah, berkahilah Ummu Ma’bad melalui kambingnya. Maka, tiba-tiba, kambing yang air susunya kering kerontang itu memancarkan air susu dengan derasnya. (hlm. 148)

Muhammad Saw. meminta wadah guna menampung air susu yang melimpah itu. Beliau mempersilakan tiga rekan hijrahnya, yang dengan setia menyertai perjalanan beliau, untuk meminumnya satu per satu, hingga semuanya merasa segar kembali dan hilang dahaganya. Setelah semuanya kebagian, barulah Muhammad Saw. meminumnya paling akhir.

Dalam sabda Nabi menyatakan: Orang yang memberikan minuman kepada kaum itu dia minum yang paling akhir. Inilah pemimpin sesungguhnya, yang bertanggungjawab untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya. Ini pulalah tipe pemimpin yang tidak egois, yang tidak mendahulukan kepentingan pribadi, keluarga atau golongannya dengan mengabaikan kepentingan dan kemaslahatan rakyatnya. Pemimpin ini bahkan rela mendapatkan sisa-sisa dari rakyatnya.

Buku ini menyajikan setitik informasi tentang hayah (sisi historis kehidupan) Muhammad Saw. Kitab klasik pun menjadi sumber informasi terkait, disamping aneka teladan kebaikan terus menyembur dari dirinya, tiada habis-habisnya. Ibarat mata air, tak sebutir keburukan pun yang muncul darinya.

Semua ini menunjukkan betapa akhlak adalah mahkota bagi manusia. Karena itu, sebagai umatnya, sudah seharusnya kita semua menimba dan berusaha meniru sebanyak-banyak mata air akhlak itu dari Muhammad Saw., untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Peniruan atas keteladanannya ini, menjadikan pengharapan menjadi orang yang saleh mudah diraih dan kita pun akan menjadi manusia sukses fi ad-darain, dunia-akhirat. Amin!

System.String[]