Resensi buku The Power of NO karya James Altucher & Claudia Azula Altucher
Koran Jakarta | Senin, 01 Juni 2015 | Hilyatul Auliya
Hampir semua orang pernah mengalami kesulitan mengatakan “tidak” untuk sesuatu yang seharusnya ditolak. Mengiyakan suatu terkadang menjadi pilihan aman dan menarik karena relatif tidak memerlukan argumentasi lebih atau berbelit-belit. Padahal pernyataan “tidak” memiliki sisi positif yang besar.
Ia memiliki kekuatan yang mampu membantu membebaskan dari masyarakat, institusi, teman, cinta, kolega, atasan dan sistem keyakinan yang mencoba membangun sangkar di sekitar kita. Setidaknya demikianlah pengalaman James Altucher & Claudia Azula Altucher, penulis buku The Power of No.
Ini sebuah buku yang berusaha membangun kekuatan para pembaca dari inti ke luar. Buku bicara tentang mengendalikan energi dalam alam semesta sehingga menjadi baterai spiritual hidup, yang dipenuhi kreativitas, kelimpahan, kedewasaan, dan cinta.
Dengan kata lain, buku mengajak pembaca agar lebih mengutamakan pembangunan kekuatan diri, bukan melulu fisik. Dengan begitu dapat melahirkan jiwa tangguh, mandiri, dan berpengaruh positif bagi lingkungan sekitar, bukan sebaliknya. Ada banyak tingkatan “tidak” yang dikupas.
Mereka berasal dari energi sangat besar yang ikut melindungi tubuh, kehidupan, dan batasan dasar manusia (halaman 13). Belajar mengatakan “tidak” dalam banyak area kehidupan sangatlah sulit, membutuhkan latihan. Karenanya dalam setiap bab disertai panduan latihan untuk menghilangkan kekacauan hidup.
Latihan menjadi penting dan sangat ditekankan. Buku mewanti-wanti pembaca bahwa (a) membaca buku ini bagus, (b) memikirkan setelahnya 100 kali lebih bagus, dan (c) mempraktikkan 100.000 kali lebih bagus (halaman 15). Kata ”tidak” memang sangat mudah diucapkan.
Namun, ketika perasaan kasihan muncul terhadap orang yang minta pertolongan meski tahu itu tidak baik, tak urung kesulitan kerap muncul untuk mengatakan ”tidak.” Hasilnya orang sering berkata ”ya” dan mengabaikan hal lain yang sebenarnya lebih baik.
Padahal ketika orang setuju melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin dilakukan, akan cenderung membenci orang yang menyuruh. Dia juga membenci aktivitas yang dipaksankan tersebutPada prinsipnya, jangan pernah melakukan apa pun yang sejatinya tidak ingin (halaman 92).
Meski demikian, The Power of No adalah kekuatan kecermatan. Dengan keragu-raguan spiritual, manusia mengembangkan kecermatan mengetahui aturan “ya” dan “tidak” (halaman 120).
Karya sepasang penulis ini sejatinya untuk melindungi para pembaca agar terhindar dari hal-hal yang dianggap dapat merugikan bahkan membahayakan. “Tidak” tentunya untuk sesuatu yang bersifat negatif dan destruktif.
Hanya, hal itu kadang sulit diidentifikasi karena terbungkus mitos-mitos yang sudah lama mengendap di masyarakat sehingga dianggap menjadi sebuah kebenaran. Buku ini, melalui latihan, mengajak para pembaca berani berpikir ulang dan membongkar mitos-mitos tersebut.