Resensi Buku Si Markum dan Kisah-kisah Peneguh Iman Karya Zaenal Radar T.
Harian Singgalang | Minggu, 01 Oktober 2017 | Arinhi Nursecha
Si Markum dan Kisah-Kisah Peneguh Iman merupakan kumpulan cerpen karya Zaenal Radar T. yang dikemas unik namun sarat pesan moral. Berisi 32 cerpen, terbagi dalam 2 shaf dan sebagian besar telah dimuat di media. Zaenal menjadi juara satu lomba cerpen tingkat nasional yang diadakan Forum Lingkar Pena pada 2002. Pada 2006, ia membentuk komunitas menulis skenario Bengkel Sastra Pamulang. Beberapa karyanya pernah menghiasi layar televisi seperti Si Entong Abunawas dari Betawi (TPI), Si Mamat Anak Pasar Jangkrik (MNCtv), dan Kecil-Kecil Ngobyek (RCTI). Kumpulan cerpennya yang telah terbit di antaranya Harga Kematian (Mizan, 2003) dan Airmata Lelaki (FBA Press, 2004).
Cerpen Lelaki di Beranda Mesjid bercerita tentang seorang pria yang mengamati lelaki yang kerap tidur di beranda mesjid saat waktu salat Zuhur tiba. Itu membuatnya kesal hingga tak khusuk salat. Ia baru sadar ketika rekan kerjanya menegur.
“Astaghfirullah! Jadi… kamu memikirkan lelaki di beranda itu hingga salat kamu nggak khusuk..?!” (Halaman 8)
Bisul di Kening Pak Ustaz berkisah tentang Sobrak, ustaz seleb yang menderita bisul sebesar telur puyuh di kening. Akibatnya Sobrak tak bisa sujud mencium sajadah. Ia mengeluhkan masalahnya pada sahabatnya, Zack, seorang sutradara sinetron religius. Zack akhirnya mengizinkan Sobrak cuti. Di rumah, keluarganya tak suka pada keputusan Sobrak main sinetron. Menurut mereka sinetron religius di televisi banyak yang menyesatkan. Sementara Sobrak menerima tawaran main sinetron karena merasa mendapat panggilan jiwa. Ingin memberikan tontonan alternatif buat pemirsa televisi yang menyuguhkan percintaan remaja dan perebutan kekuasaan. Sobrak merasa bisulnya adalah azab Tuhan karena tidak mendengarkan pendapat keluarga. Beberapa pekan tak shooting, bisul di kening Sobrak pun mengempis. Namun ketika ia kembali shooting untuk melunasi sisa kontraknya, bisul itu hadir kembali. Kali ini bisulnya pindah ke lutut.
Cerpen Kening Markum bertutur tentang pemuda bernama Markum yang ingin memiliki kening kehitaman. Ia menganggap lelaki berkening hitam identik dengan lelaki alim. Keinginan Markum kian kuat setelah bertemu Elliza, putri tunggal Pak Habib, guru agama di sekolahnya. Untuk mengesankan Elliza, Markum memanjangkan jenggot dan menempelkan kening ke lantai, sementara kakinya menempel di dinding. Namun semua usaha Markum nihil. Suatu hari Markum mendapat undangan perpisahan dari Pak Habib yang akan pindah mengajar. Markum segera memanfaatkan momen itu, mencoret keningnya dengan spidol hitam. Tibalah waktu salat magrib, tanda hitam di kening Markum luntur terkena air wudhu.
Kau tak perlu risau, sekarang aku sadar. Aku tak harus berkenig hitam. Tetapi aku semakin rajin salat. Hanya Tuhan yang tahu. Tanpa ada tanda-tanda pada diriku, atau terlihat oleh manusia lainnya, bahwa aku lelaki yang sering mencium sajadah, baik siang maupun tengah malam. (Halaman 43)
Cerpen Haji Tanah Abang masih berkisah tentang Markum yang hendak berangkat haji dibiayai oleh Pak Barkah, orangtuanya, dengan menjual tanah. Markum merasa bangga akan berangkat haji di usia muda, membiasakan diri mengenakan pakaian ihram sehingga terlihat aneh di mata masyarakat. Ketika ditanya, Markum hanya menyombongkan biaya naik haji yang tak semua orang sanggup membayar. Jelang keberangkatan, Markum iba pada suami-istri calon haji yang terisak karena belum mendapatkan paspor. Saat sepasang suami-istri itu balik bertanya, Markum tersentak teringat dirinya juga belum mendapat paspor. Mereka bertiga telah menjadi korban penipuan calo haji gadungan. Tak mungkin kembali ke rumah, Markum memilih menginap di hotel selama kegiatan haji berlangsung hingga ia hampir terjebak rayuan wanita tuna susila. Sehari sebelum kepulangan, Markum membeli beragam oleh-oleh khas Arab di Tanah Abang. Kedatangan Markum disambut meriah oleh warga. Namun semua tak berlangsung lama setelah polisi menjadikannya saksi atas kasus penipuan calo haji yang menelantarkan jamaahnya.
Masih banyak lagi cerpen lain yang menarik seperti SMS Lebaran, Haji Gusuran, Biduan Dangdut, dan Mat Tonggos. Setiap kisahnya merupakan paduan satir dan humor segar yang dapat dibaca sekali duduk.